Aku lupa

By Sekar Setyaningrum - Februari 19, 2015

"Ah. Aku lupa. Sekarang ada perasaan yang harus ku jaga."

"Kau tak perlu melakukan itu."

"Benarkah? Bahkan jika ada seseorang yang akan terluka dengan hubungan kita?"

"Hubungan? Bukankah kita berteman?"

"Astaga. Iya. Kau sahabatku. Tak lebih dari itu."

"Bagaimana kau bisa menjaga perasaan orang lain saat kau sendiri membiarkan hatimu terluka?."

"Kau mengatakan itu justru saat sebab dari lukaku itu kamu. Kau pantas mendapatkanya, Lex. Mega pantas mendapatkanmu."

"Terimakasih untuk menjadi sahabat terbaiku. Terimakasih untuk memikirkan perasaan Mega. Kau ..."

"Aku pergi, Lex. Semoga harimu menyenangkan."

Aku harus pergi. Aku harus memadamkan sesuatu yang kusebut ambisi. Aku harus tahu dimana tempat yang tepat untuku kembali memijakan kaki.

Tak pernah ada yang datang selain untuk pergi.

Aku mungkin satu dari sekian sahabat baiknya, aku satu dari banyak orang yang tahu hal ajaib tentangnya. Sayangnya aku bukan hal ajaib untuknya.

Aku bukanlah melodi dari petikan gitarnya. Aku hanya lirik yang tak pernah dia nyanyikan. Aku? Aku adalah buku yang tak pernah dia baca. Aku salah jika aku beranggapan dia juga memiliki perasaan yang sama. Bagi Alex, aku adalah sahabatnya. Tempat paling nyaman untuknya berbagi. Tapi bukan sesuatu yang akan dia jadikan tempat kembali.

Mega. Dia berhasil menaklukan dingin sikap Alex. Meruntuhkan batu dalam hati Alex. Mega dengan segala yang dimilikinya. Mega yang beruntung.

Teruntuk Alex
Terserah dimana kau meletakan namamu dihatiku. Aku tak peduli. Bahkan jika aku hanyalah seseorang yang menemanimu menyanyikan lagu-lagu favoritmu.
Bagiku kau lebih dari itu.
Aku takan membicarakan apapun lagi tentang hidupku kepadamu. Kenyataanya kau telah menjadi separuh dari cerita hidupku. Terimakasih telah hadir dalam hidupku.
Terimakasih untuk lagu yang kau nyanyikan bersamaku meski liriknya justru kau persembahkan untuk gadismu.
Ah, terimakasih untuk segalanya. Alex. :)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar