Itulah yang Kusebut Cinta

By Sekar Setyaningrum - Februari 17, 2015

“Kau tahu apa yang mengagumkan dari senja dan pagi, Fan?” Erland menghapus dua bening Kristal dari sudut mataku.
“Mereka saling merindukan, tapi tak pernah memaksa untuk bisa disatukan.”
“Itulah kenapa aku memilihnya.”
“Jangan bandingkan aku denganya.”
“Tentu tidak, aku tidak sedang membandingkan siapapun. Bukankah kau tadi meminta jawaban?
“Katakan padaku.”
“Dia tak pernah meminta apapun dariku, bahkan ketika jarak menjadi caranya mencintaiku.”
“Ya. Gadis itu sangat berbeda denganku.”
“Bukan itu, Fan. Kau tahu ? cinta tak pernah menuntut dua raga untuk tetap saling berpagut mesra. Cinta tak pernah mengukur dirinya dari seberapa sering kau dapat berjumpa denganya. Tapi seberapa dekat jiwamu dengan cinta itu sendiri.”
“Sedekat itu dia kini bagimu?”
“Tentu, Fan. Aku tak pernah berharap lebih bahkan jika dia menodai rasa percayaku padanya. Aku hanya meletakanya disini. Dihatiku.”
Aku menatap dalam matanya. Aku tahu Erland tak sedang bercanda seperti biasanya. Aku tahu Erland benar-benar telah memilih siapa cintanya. Cinta yang hanya dia temui lewat suara. Lewat telepon dan pesan singkat untuk gadisnya.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program Simulasi Kompetisi Menulis...
#FF2in1 Ran-Dekat dihati

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar