Tangisku Belum Juga Usai

By Sekar Setyaningrum - April 01, 2015

Usaha ku selalu gagal. Hari ini lagi-lagi aku gagal melakukanya.

Aku kira, menumpahkan kesibukan di balik meja kerja mampu membuat bayangmu enyah dari pikiran ku. Tapi nyatanya aku gagal.

Terlalu naif untuk ku, memiliki perasaan sedalam ini terhadapmu. Sedang yang ku terima adalah pengabaianmu.

Setiap malam, ketika tak sebentar pun mata mampu terpejam. Aku lemparkan anganku jauh ke seberang sana. Mengingatmu, yang lagi-lagi mengabaikanku.

Usaha ku membuat perasaan ini tak lebih dalam kepadamu, sia-sia. Pada akhirnya aku benar-benar jatuh cinta kepadamu.
Aku telah membuat hatiku mencintaimu lebih. Aku telah melukai hatiku sendiri.

Aku hanya ingin melihat wajah lelapmu malam ini. Masuk dalam mimpi-mimpimu. Membaca setiap debar keraguanmu. Kemudian mencari tahu, siapakah gadis yang namanya terpatri erat dalam hatimu?

Hanya itu jika ku mampu. Jika nanti ku tahu bukan namaku yang terpatri dalam hatimu, maka aku akan pergi. Berlari sejauh mungkin darimu, mencoba untuk tak lagi mengusikmu. Percayalah, itu caraku mencintaimu.


Bahkan hari ini, ketika lagi-lagi sebuah postingan membakar cemburuku, tentangmu. Jangan kira aku tak tahu. Aku hanya berpura-pura tuli dan buta, padahal aku melihat segalanya, mendengar apa yang tak kau katakan padaku.

Kenapa? Kenapa hari ini aku merasa begitu terluka?

Kenapa? Kenapa aku merasa kamu tiba-tiba begitu jauh?

Kenapa? Kenapa tak satupun canda mampu menghiburku?

Jika kau tahu mengapa, bagaimana kau masih terdiam di sana, sementara aku tergugu menanti kabar darimu?

Begitu banyak 'kenapa' yang ingin ku tanyakan pada diriku sendiri. Meski jawabanya tetap sama: aku tak tahu. Aku hanya mencintaimu dengan caraku. Berambisi untuk tak mengharap balas lebih darimu.

Dan hari ini, aku mengulang kebiasaan lamaku. Menangis di sudut kamar gelapku. Tempat favorit yang lama tak lagi mendengar tangisanku. Sudut yang lama tak melihat mata bengkak di setiap pagiku.

Aku mengulanginya lagi. Dengan isakan yang lebih dalam, dengan tarikan nafas yang lebih berat, dengan tekad pulih yang lebih kuat, juga dengan hati yang lebih hancur.

Jika suatu hari kau dengar angin mendesah di ujung malam, itu hanya kabar tangisku belum juga usai.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar