Teruntuk Ayah...

By Sekar Setyaningrum - April 02, 2015

Tak akan pernah habis ceritaku tentang sosoknya; Ayah. Suatu hari ketika aku menangis di sudut kamarku, Ayah memelukku. Lewat diamnya aku tahu Ayah sedang berkata-kata. Sejuta pengertianya untuku.

"Apa yang membuatmu bersedih, Putriku? Apa yang membuatmu begitu terluka?"

Jika ada lelaki yang tak pernah meninggalkanku itu adalah Ayah, juga ketika ada lelaki yang membuatku merasa begitu berharga itu juga adalah Ayah. Bahkan malam ini, ketika entah mengapa aku begitu terluka. Lagi lagi Ayah ada. Ketika aku bahkan tak bisa berkata-kata, Ayah ada untuk memberikan lenganya. Merengkuhku dalam hangat peluknya.

Isakku semakin dalam. Sesak. Aku hanya merasakan sesak. Tapi Ayah justru semakin dalam merengkuhku. Ayah bilang, tak usah risau bahkan ketika seluruh dunia bersandiwara kepadaku. Tak usah bersedih ketika dunia mengabaikanku. Ayah memiliki lengan yang tak pernah enggan merengkuhku, mata yang tak pernah bosan menatapku, telinga yang tak jenuh mendengar keluh kesahku, juga hati yang tak pernah berhenti mencintaiku.

"Jika ada yang mengejekmu, di sini ada Ayah yang akan selalu bangga kepadamu. Ketika ada yang menyakitimu, maka ayah ada untuk mengobati lukamu. Kemudian ketika seseorang atau bahkan semua orang meninggalkanmu, Ayah akan menjadi satu-satunya yang tetap tinggal di sisimu, menemanimu hingga terhentinya waktu."

Aku sendiri tak tahu apa yang bisa ku katakan padanya. Aku hanya ingin terus mencintainya. Menjadikannya lelaki yang berada di podium tertinggi dalam hatiku.

Ayah...Terimakasih untuk segala waktu dalam lelahmu, terimakasih untuk lengan yang selalu terbuka untukku kembali dalam rengkuhmu. Aku tak pandai berucap cinta di depanmu, tapi kau tahu jelas bahasa mataku. Aku mencintaimu.

Ayah... Untuk obor yang kau nyalakan dalam pekat malamku, aku menyukainya. Juga tawa yang kau selipkan dalam mimpi mimpiku, aku menikmatinya.

Kau bilang hidup itu proses, proses mencari jati diri, proses menemukan siapa diriku. Siapapun aku kelak, aku tetap putrimu. Putri yang akan dengan bangga bercerita tentang peluh dan lebam lenganmu untuk memperjuangkan masa depanku. Putri yang akan tetap menyematkan predikat lelaki terhebat untukmu.

Terimakasih untuk segalanya, Ayah.

Setinggi apa karirku, segemilang apa prestasiku, aku ada karenamu.

Ayah, kau mungkin takan membaca tulisanku ini. Aku hanya akan memberitahumu lewat aamiin yang ku lafadzkan diam-diam untuk semua do'amu.

Terimakasih Ayah; lelaki terhebat.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar