Duhai Lelaki,

By Sekar Setyaningrum - Desember 30, 2015

Duhai Lelaki,

Jika kau bertanya betapa rindu hatiku akan hadirmu, maka kau tahu jelas jawabanku. Aku merindukanmu.

Namun lebih dari itu, Tuhanku pantas menentukan bila waktuku berjumpa denganmu. Saat deru napas dan detak jantung kita beradu, saat aku sibuk merapal aamiin pada setiap khusyuk do'a yang kau lantunkan pelahan, juga saat mata kita beradu dalam kepasrahan akan setiap janji kehidupan.

Duhai Lelaki,

Aku ingin kau temukan aku dalam sujud-sujud panjang penantianmu. Dalam hening saat hiruk pikuk dunia mulai menderu. Juga dalam kepasrahan akan takdir yang telah Dia siapkan untukmu.

Jika hari ini, esok, atau bahkan lusa kita belum juga berjumpa. Maka percayalah, kiranya Tuhan ingin kita lebih dekat denganNya lebih dulu. Percaya akan takdir hebat yang telah Ia siapkan untuk kita.

Namun sebelum kau meminangku, sebelum kau memilihku untuk menjadi gadis yang akan mengandung anak-anakmu, ada hal yang ingin sekali kusampaikan padamu. Tentang siapa diriku sebenarnya. Aku tak ingin menjadi egois. Aku tak bisa memaksamu menerimaku seperti adanya diriku. Aku tak ingin kau menerimaku atas kebohongan yang membaikkan diriku.

Karena sungguhlah, aku inginkan seorang yang akan mencintai diriku dalam siapa sejujurnya diriku. Yang bisa menerima semua latar belakang dan bersedia memeluk setiap masa laluku.

Aku gadis biasa, terlahir dari rahim dan buah cinta seorang petani desa. Aku bukan gadis yang kaya akan ilmu agama, juga bukan gadis berilmu yang mengejar cita hingga ke negeri tetangga. Aku hanya gadis biasa, tak berkalang harta ataupun tahta.

Ah, jangan pula kau pikir aku gadis suci tak berdosa. Sekali lagi aku gadis biasa yang jauh dari kata sempurna. Khilaf dan dosa tiada lagi mampu kuhitung dengan bilangan jemari atau ingatan.

Tubuh ini, juga bukan tubuh suci tak tersentuh. Tubuh ini bukanlah tubuh yang belum pernah terjamah lelaki, juga sudah entah berapa pasang mata melihat lekuk tubuhku. Ah malu sekali aku menungkapkan ini padamu. Namun sungguhlah aku ingin jujurku menemani setiap langkah dalam perjalananku.

Aku pernah hidup dalam sekelam-kelamnya masa. Itulah sebabnya aku ingin menantimu dalam sebaik-baiknya penantian, dengan rasa yang paling suci, sebagai hijrah yang paling istiqomah.

Duhai Lelaki,

Siapapun dirimu dan di manapun kau berada saat ini. Aku masih menantimu. Aku masih menunggumu untuk meminangku. Untuk memlilihku sebagai gadis yang akan kau ajak menapaki setiap tangga menuju jannahNya.

Aku percaya, siapapun dirimu. Engkaulah yang telah disiapkan Tuhan untukku. Dan kelak jika masanya tiba, sekali lagi, akan kuungkapkan siapa diriku sebenarnya juga seberapa kelam masa lalu yang kumiliki.

Aku percaya, kau juga sedang sibuk memberbaiki diri. Memantaskan diri untuk segera menjemputku dalam satu ikrar suci.

Duhai Lelaki,

Semoga kita selalu istiqomah dalam penantian ini.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar