Surat Terbuka Untuk Mantan Kekasihku

By Sekar Setyaningrum - Desember 05, 2015

Apa kabarmu? Apa yang sedang kau pikirkan saat ini? Apakah kau sedang sibuk hingga tak sadar aku sedang mendo'akanmu diam-diam dari sini?

Aku tahu, kau mungkin sedang sibuk memilih gaun mana yang pantas untuk calon permaisurimu. Mungkin juga kau sedang berdiskusi dengannya tentang undangan mana yang sangat sesuai dengan karaktermu. Atau mungkin kau sedang sibuk mengendalikan degup jantung yang kian memacu?

Dari tempat yang kusebut kenangan, apa yang sedang kurasa sungguh berlawanan. Kuhitung detik waktu yang enggan berhenti untuk memberiku sebuah kesempatan. Dari sini, kuhitung setiap bahagia yang pernah kau beri juga derita yang kau hadirkan.

Kudengar, kau akan segera menggenapkan separuh hidupmu. Kudengar, gadis itu yang kau pilih untuk mendampingimu selama sisa hidupmu.

Selamat. Aku sungguh ikut berbahagia untukmu. Untuk orang yang pernah menggoreskan tinta-tinta bahagia dalam salah satu bab kisah hidupku. Aku bahkan tak bisa menghitungnya meski ia tak lebih banyak dari setiap rintik hujan yang turun malam ini. Satu yang pasti, bahagia pernah kau hadirkan dalam hati.

Kau tahu, tak hanya aku. Kaupun juga sangat mengerti, aku tak pernah bisa mengatakan yang sejujurnya kepadamu. Tatap matamu sudah cukup membungkam mulutku. Dan hari ini, ijinkan aku menuliskan segalanya di sini. Itupun jika kau sudi membaca setiap baris dari kalimat-kalimatku ini.

Aku bahagia karena pada akhirnya kau memutuskan mengakhiri kesendirianmu. Aku bahagia karena mungkin tak akan ada lagi hati gadis lain yang akan terluka. Kau sungguh sangat bertanggung jawab kali ini.

Tak peduli seberapa banyak perih yang pernah kau gores di hatiku. Tak peduli seberapa banyak luka yang kau toreh di hidupku. Aku pernah dengan sangat mencintaimu.

Coba kau ceritakan padaku bagaimana awal perkenalanmu dengannya? Ya. Dengan calon istrimu itu. Gadis yang kau pilih setelah perpisahan kita hari itu.

Apakah kau juga mengenalkannya pada mamamu satu hari sejak kalian memutuskan untuk bersama?

Apakah kau terus menerus mengatakan betapa manisnya calon istrimu kepada keluarga dan sahabatmu?

Apakah kau sering memuji calon istrimu?

Apakah kau bisa memahami setiap kebiasaan buruknya?

Apakah kau selalu menjadi orang pertama yang memeluknya saat ia bersedih?

Apakah kau selalu memuji betapa nikmat sop buatannya? Mengatakan jika itu sop terbaik yang pernah kamu nikmati?

Apakah kamu akan menjadi orang paling khawatir saat dia jatuh sakit?

Seperti yang dulu selalu kau lakukan untukku.

Ah, apakah kau akan menjaganya? Berjanjilah kau tak akan pernah meninggalkannya. Berjanjilah kau akan terus menjaganya. Jika bukan demi aku, maka jagalah dia demi setiap kenangan yang pernah kita ukir. Bukankah aku juga pernah membuatmu bahagia?

Seandainya aku bisa mengulang setiap detik waktu. Maka, aku akan kembali ke hari yang menjadi hari terakhir perjumpaan kita (sebagai sepasang kekasih) dan berterima kasih padamu, bukan malah memakimu.

Namun bukan itu yang ingin kusampaikan padamu malam ini. Aku hanya ingin ikut berbahagia untuk kabar itu. Meski sekarang aku belum tahu, bagaimana aku akan melanjutkan hidupku.

Dan......

Jika boleh jujur, aku tak menginginkan apapun darimu saat ini. Aku hanya berharap kau mau menemui kedua orang tuaku. Mintalah restu untuk hari bahagiamu. Tetaplah mencintai mereka sedalam mereka mencintaimu. Ciumlah punggung tangan mereka, dan bersamaku, meminta maaf untuk cerita yang tak berakhir seperti apa yang mereka mau.
Satu hal yang harusnya kamu tau dari dulu, mereka tak pernah menyalahkanmu, apalagi membencimu.

Tapi jika kau tak bisa melakukan semua itu. Cukuplah do'a kami menyertai setiap langkah baru yang akan tempuh untuk hidupmu. Semoga kau menjadi lelaki yang lebih tangguh, menjadi suami yang bijaksana untuknya, juga papa yang baik untuk putra putrimu.

Kuharap, dialah yang terbaik yang pernah hadir dalam hidupmu.

Sekali lagi. Kuucapkan selamat untukmu, mantan kekasihku.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar