Sial. Siapa yang harus ku kutuk saat ini? Pantaskah mengutuk orang lain atas perasaanku sendiri?? Aku benar-benar membenci perasaan ini. Jika boleh jujur aku menyesal pernah menaruh hati padamu. Bodoh. Cinta ini membutakan logikaku. Hilangkan fikiran sehatku. Aku yang dulu acuh tak peduli kau ubah menjadi mahluk paling sering merajuk. Kau membuat mataku...
Aku mulai memberi garis tegas pada perasaanku. Sejak dia yang dengan sepenuh hati kucintai hanya menjadikanku sebagai tempatnya melarikan rindu. Aku tak mengijinkan siapapun memasuki ruang kosong didasar sana. Luka telah mengubah segala cara pandangku terhadap cinta. Tapi kehadiranmu kembali membuat hariku menjadi lebih biru. Perasaan yang setahun terakhir seolah mati, kau hidupkan...
Sayangku, akan ku kenalkan kau pada seorang anak laki-laki tak berdosa berusia empat tahun. Dia tak berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Satu hal yang membuatnya berbeda, Kau tahu betapa hebatnya dia? Dia tumbuh tanpa pernah mengenal siapa lelaki yang pernah membuatnya ada di dunia. Baginya, dalam hidupnya, dan satu-satunya nama yang dia kenal...
"Sudahlah, Di. Apalagi yang kamu harapkan dari lelaki seperti Dion." Kalimat yang ratusan kali ku dengar dari mulut Bimo dua tahun terakhir. Dua tahun terberat yang harus ku lalui tanpa Dion menggores tinta penuh warnanya lagi. "Kalau kata orang jawa nih, Di, kamu udah mirip wong gemblong, alias gila-" Bimo terkekeh. Kalimat yang...
Hari itu kau perlihatkan padaku sebuah foto. Itukah gadismu? Cantik, kesan pertama saat kulihat senyuman meneduhkan terlukis di foto itu. Ia mengenakan gaun berwarna hitam sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Ah aku merasa sangat bodoh saat itu, aku sangat jauh berbeda dengan gambar yang kamu tunjukan padaku hari itu. Aku...
Dua hari setelah hari itu kita seperti terbawa arus perasaan kita sendiri. Aku yang masih berjuang menepikan rasaku dan kamu entah apa yang bergelayut sendu dalam matamu. Aku hanya tak ingin lebih lama lagi melihat adegan omong kosong di hatiku. Namun gejolak yang ada dibagian hatiku yang lain tak pernah memadam. Sebenarnya semua...
Aku mulai menulis lagi. Berbaris cerita tanpa namamu disana. Penaku menari bersama basah bayangmu dipelupuk mata. Aku tau rasa ini tak pantas ada. Harusnya sudah sejak rasa ini hadir aku mencegahnya. Membawa pergi hatiku yang harus terluka mendengar nama gadis itu kau sebut. Seharusnya aku tak harus terluka, jika saja dihari pertama aku...