Dia Ufik. Lelakiku.

By Sekar Setyaningrum - Desember 18, 2014

Sayangku, akan ku kenalkan kau pada seorang anak laki-laki tak berdosa berusia empat tahun. Dia tak berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Satu hal yang membuatnya berbeda, Kau tahu betapa hebatnya dia? Dia tumbuh tanpa pernah mengenal siapa lelaki yang pernah membuatnya ada di dunia. Baginya, dalam hidupnya, dan satu-satunya nama yang dia kenal hanya “Ibu”.
Dan akulah satu-satunya orang yang dia panggil “Ibu”.
Kau harusnya tahu betapa berat setiap detik yang ku lalui tanpamu. Membesarkanya sendirian. Jika aku sempat menulis setiap kepedihanku disini maka aku yakin tulisan ini hanya akan berisi tumpahan air mata.
Namun disaat aku berada dalam ambang keputusasaan aku justru menyadari satu hal. Meratapi kepergianmu bukan sesuatu yang sedang aku tuju. Lelaki mungil pewaris wajahmu yang ada dalam dekapanku adalah sumber kekuatan terbesarku. Dialah lelakiku.
Kehilangan seseorang sepertimu tentu tidak membuat hati dan hidupku baik-baik saja. Bagaimana seseorang bisa baik-baik saja saat kehilangan orang yang paling di kasihi? Namun senyuman putra kita meyakinkanku bahwa semuanya akan menjadi baik-baik saja. Putra kita? Bolehkah aku menyebutnya demikian? Sedangkan kau meninggalkanya tanpa sempat mengenalkan dirimu padanya.
Jika kamu bertanya bagaimana aku melewati setiap hariku bersamanya maka lihatlah dia. Dia tumbuh tanpa menjadi berbeda dengan yang lainya. Dia mengenalku sebagai sosok Ibu sekaligus Ayah untuknya.
Pagi, jauh sebelum matahari menyambut hangat mata indahnya aku telah terjaga. Aku melakukan apa yang telah Tuhan kodratkan untuku sebagai seorang wanita. Dan siang, waktu yang harusnya ku habiskan untuk menjaganya justru kuhabiskan untuk mencari sebuah kehidupan untuknya.
Harusnya kau ada disini, disetiap malam menjelang lelapnya. Membacakan dongeng pengantar tidur untuknya. Bahkan ketika semua mata terlelap aku masih terjaga. Menerbangkan doa-doa indah ke atas sana.
Aku mengajarinya banyak hal seperti yang pernah kau ajarkan padaku. Bagaimana menjadi kuat, tangguh, berani dan sesuatu yang tak kau miliki ‘’tanggung jawab”.
Kini dia mulai tumbuh dewasa. Banyak hal yang ingin dia ketahui tentang dunianya. Satu hal yang memang aku tahu akan dia tanyakan suatu saat. Tentang ayahnya.
Aku akan bercerita kepadanya tentangmu. Meski itu akan kembali membuat basah luka dihatiku.
Kau yang pernah menoreh luka dihatiku dan Kau yang meninggalkanya tanpa berpamitan bagaimanapun juga telah membuatnya ada disini. Membuatku tak harus sendiri melewati hari-hari sunyi.
Terimakasih telah menghadirkanya dalam hidupku, terimakasih untuk wajah tampan yang kau ukir disana. Tak ada yang lebih berharga darinya. Demi Tuhan dia begitu indah.
Dialah Ufik. Lelakiku.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar