Uncoditional Love (Tentang Cinta Tanpa Syarat)

By Sekar Setyaningrum - November 23, 2015

Beberapa hari yang lalu, aku membaca postingan blog salah seorang penulis besar Indonesia tentang uncoditional love. Tentang cinta tanpa syarat ayah tirinya terhadap keluarga barunya. Dan hari ini aku akan menceritakan kisah yang hampir sama kepada kalian. Sebuah cerita tentang cinta tanpa syarat seorang lelaki terhadap gadis pujaannya.

Dia seorang yang bisa dibilang sukses dalam karir dan usahanya. Dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Hidupnya nyaris sempurna. Dia memiliki uang, karir, masa depan, sahabat, teman dan beberapa gadis yang menyukainya. Namun sayang, ada yang kosong dalam hatinya. Ada ruang yang sangat hampa di relung dadanya.

Ada ruang dalam hatinya yang tak bisa dihuni oleh siapapun. Bukan tak pernah mencoba, tapi beberapa kali ia mencoba dan kemudian harus membuat si gadis patah hati.

Awalnya aku hanya membenarkan apa yang orang lain katakan tentangnya. Dia seorang pemilih, dia seorang yang memasang standard tinggi untuk pasangan hidupnya. Namun nyatanya aku salah. Aku tak pernah tahu jika selama ini pernyataan itu melukai hatinya. Bukan maunya berganti-ganti pasangan dan melukai hati para gadis.

Tapi,

Ada sebuah nama yang menetap dalam hatinya. Ya. Menetap. Karna dia tinggal dalam hati dan tak juga mau pergi. Nama itu tak mau sejenakpun membiarkan nama lain mengisi. Nama itu terpatri erat bukan hanya dalam hati namun juga jiwanya.

Dia bahagia melihat gadisnya bahagia dan menangis saat gadisnya terluka.

Hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya adalah melihat gadisnya bahagia meski bukan karena dirinya. Ia bahagia melihat gadisnya dengan riang bercerita tentang kekasihnya. Dan dia harus terluka setiap kali melihat mata sembab gadis pujaannya.

Dia tak pernah sedih saat sang gadis justru sibuk dengan kekasihnya di waktu dia sibuk memikirkannya. Dia bahkan rela melukai dirinya sendiri untuk menjaga hati dan perasaan sang gadis agar tetap bahagia.

Aku mendengarnya bercerita dengan basah manik hitamnya, gemetar tangan dan bibirnya. Namun tatap matanya teduh menyiratkan ketulusan.

"Aku mencintainya. Namun aku tak ingin membuatnya terluka karena pengakuanku. Jadi, biarlah rasa ini kutanggung sendiri."

Awalnya aku tak percaya. Bagaimana sebuah nama bisa mengisi begitu lama atau bahkan  menetap selamanya di hati seseorang. Tapi hari ini aku tahu. Akan ada seseorang dengan ketulusan yang begitu besar, dengan cinta yang begitu dalam.

Jika aku adalah gadis yang dia cintai itu. Maka aku akan berterimakasih kepadanya. Berterimakasih untuk selalu mencintai dalam pemahaman yang begitu indahnya. Dan maaf untuk tak bisa membalas setiap debar rasa dalam hatinya.

Karena, bisa jadi hari ini gadis itu tengah berjuang melawan seluruh kepedihan. Dan semua pengakuannya hari ini menjadi obat bagi setiap lukanya. Membantunya meyakini bahwa selain lelaki yang berkali-kali melukainya, ada seorang pria yang dengan begitu tulus mencintainya. Maka aku yakin, pria itu akan menjadi alasan dibalik senyumnya yang lama hilang. Meski tetap saja bukan seseorang yang akan dia cintai dengan sama besarnya.

Gadis yang beruntung. Meski dia tak pernah menyadari begitu banyak cinta yang seseorang beri untuknya. Meski dia tak pernah tahu ada yang menerbangkan berjuta harapan indah untuknya setiap hari.

Gadis yang sangat beruntung. Meski dia lebih memilih sibuk berbahagia dengan orang lain saat seseorang dengan sungguh-sungguh menyayanginya. Meski dia lebih memilih untuk berkali-kali terluka karna cinta yang salah saat seseorang bersumpah tak akan pernah melukai perasaannya.

Dan aku akan berterimakasih atas nama diriku sendiri. Terimakasih untuk mencintai kaumku begitu dalam. Terimakasih untuk dengan sepenuh hati menjaga hati dan perasaan kaum yang lemah ini. Juga terimakasih untuk memberiku pemahaman baru tentang mencintai tanpa syarat.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar