Masih Tetap Kamu

By Sekar Setyaningrum - Oktober 10, 2015

Kamu

Jika kau bertanya siapa yang paling sering kupikirkan saat ini, itu adalah kamu.

Kamu masih menjadi sebab dari gelisah dan tawaku. Kamu juga adalah alasan dari senyum tulus yang menghiasi wajahku.

Setahun berlalu dan segalanya masih sama. Kamu masih tetap lelaki yang menempati podium tertinggi di hatiku. Tak pernah ada yang berubah di sana, tak peduli seberapa sering kau mencoba untuk pergi. Meski tak berbilang kali kau coba berpaling. Aku masih di sini. Menatap ke arah yang sama. Ke arahmu, Mas.

Banyak hal yang sudah kuceritakan padamu, hampir segalanya kutumpahkan dalam tawa dan haru yang kubagi bersamamu. Namun, tahukah kamu jika beberapa hari terakhir gelisahku mendominasi hati? Tahukah kamu jika memikirkanmu menjadi lebih berat saat ini?

Kadang keinginanku untuk dijadikan satu-satunya yang kau miliki merenggut senyumku. Ingin sekali bertanya padamu, benarkah aku kini ada di hatimu? Apakah aku juga adalah gadis dengan podium tertinggi di hatimu?

Kau benar, Mas. Aku meragukanmu.

Maafkan aku jika hingga saat ini aku masih meragukan ketulusanmu. Tak selamanya gadismu ini bisa terus bersikap bak malaikat. Tak bisa terluka, tak mungkin merasakan perih. Aku gadismu, aku tetaplah gadis biasa.
Kau mungkin tak akan pernah tahu, bagaimana rasanya mencintai kekasih orang lain. Bagaimana rasanya berharap segalanya berbalas sama. Bagaimana rasanya berjuang tanpa pernah tahu kapan kau akan menemukan sesuatu yang kausebut titik.

Aku sudah lama melakukannya untukmu, Mas.

Aku bukanlah gadis yang pandai menumpahkan isi hati, bukan juga gadis yang pandai berkeluh kesah. Aku hanya gadis yang mencintai pena sebagai sarana jika gelisahku tak lagi mampu kutahan. Aku adalah gadis yang sudah lama lebih memilih tulisan sebagai pelarian.

Mas,
Maafkan aku jika candaku melukaimu. Maafkan aku jika terkadang cemburuku merubah suasana hatimu. Sungguh, aku hanya ingin merasakan menjadi satu-satunya. Menjadi gadis yang yang kau kenalkan kepada kedua orang tuamu. Menjadi gadis yang tanpa ragu kau bisikan kalimat-kalimat rindu. Juga menjadi gadis yang mereka tanyakan saat aku tak berada di sampingmu.

Sesederhana itu, Mas. Ya. Bagiku sesederhana itu.

Aku tak memaksamu pun kau sudah jauh mengenalku. Aku tak pernah menuntut apapun darimu. Namun, lihatlah aku. Lihatlah jauh ke dalam manik hitamku. Adakah kau melihat sesuatu di sana? Apakah kau melihatnya?

Aku tahu jawaban apa yang akan kauberi padaku. Aku sudah tahu. Itulah kenapa tulisan ini ada. Itulah kenapa aku hanya bisa menuliskannya tanpa bisa mengatakannya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar