Senja ini

By Sekar Setyaningrum - Agustus 09, 2015

Tuhan,
Jika perpisahan adalah janji baru untuk sebuah pertemuan, maka bisakah aku dengannya kembali Engkau pertemukan?

Aku tak lagi mampu menjelaskannya. Segalanya berubah sejak dia pergi. Mataku sering tiba-tiba berair saat seseorang menyebut namanya. Aku bisa menghabiskan malamku untuk menangis ketika aku mengingatnya. Ya. Begitu hebat cintanya menembus relung dada.

Hari ini aku berjumpa kembali dengannya. Aku berhasil memeluknya, aku menangis di pundaknya. Ingin sekali aku berkata jika aku mencintainya, sangat mencintainya. Ingin sekali aku menahan kepergiannya. Namun yang kulakukan justru sebaliknya. Mulutku terbungkam, dadaku teramat sesak hingga yang kulakukan hanya menangis, terus menangis.

Taukah dia jika aku tak pernah menangis di depan seorang lelaki sebelumnya?

Taukah dia jika dia teramat berarti?

Taukah dia jika aku masih menyebut namanya dalam sujud panjang pengaduanku?

Taukah dia jika aku menangis sesaat setelah punggungnya hilang di persimpangan jalan?
Taukah dia jika aku sangat menyukai aroma tubuhnya?

Taukah dia jika aku masih ingin menghabiskan waktu bersamanya?

Taukah dia jika aku tak pernah ingin dia pergi?

Dulu, dia akan mengatakan jika kita masih punya waktu yang lain untuk bersama ketika aku bersedih karena masih ingin bersamanya. Namun sekarang? Apakah aku masih bisa mengharapkan hal yang sama?

Dulu, aku tak pernah sesedih ini saat punggungnya mulai hilang di persimpangan jalan.

Dulu, aku selalu yakin dia akan kembali. Dia akan segera merindukanku lagi, menemuiku. Tapi kini? Masihkah aku jadi prioritasnya?

Dulu, aku begitu percaya jika jarak menguatkan kami. Suatu saat kami pasti bisa menghabiskan waktu berasama hingga menua. Lalu ketika sekarang dia sedang bersama orang lain, apakah semua akan berakhir sama?

Maka, Tuhan. Bolehkah aku meminta?

Aku masih ingin menikmati tawanya lebih lama lagi. Mendengar ia tergelak, melihat ia tersenyum.

Aku masih ingin menghabiskan malam bersamanya, menemaninya ketika ia sakit, menjadi bahu untuknya bersandar, menjadi lengan yang tak pernah lelah merengkuhnya dalam dekap.

Aku masih ingin memeluknya lebih lama lagi. Menggenggam jemarinya hingga kami menua.

Bolehkah aku memintanya dariMu, Tuhan?
Jika gadis itu pernah berjuang untuknya, bukankah aku juga melakukan hal yang sama?

Jika gadis itu pernah bertahan untuknya, bukankah hingga kini aku juga melakukannya?

Lalu mengapa aku tak pantas untuknya? Kenapa dia tega meninggalkan gadis yang begitu dalam mencintainya?

Aku lelah. Lelah berpura-pura jika aku baik-baik saja tanpanya. Aku lelah bersandiwara. Aku bosan harus bersembunyi dalam senyuman. Biarkan dia tahu jika aku mencintainya, Tuhan. Kali ini saja biarkan dia melihat jauh ke dalam mataku.

Di tempat ini
Sesaat setelah tubuhmu hilang di persimpangan jalan. Saat bayangmu menjelma nyata bersama senja. Lagi-lagi senja jadi saksi.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar