Lara, Akulah aksara dalam kereta

By Sekar Setyaningrum - Maret 07, 2015

"Apakah kita akan terus meributkan segala sesuatu, Galang?" Tanya Lara pada suatu sore.
"Tak apa. Aku menyukainya. Aku hanya tak ingin melibatkan satu hal diantara kita."
"Apa itu?"
"Cinta."
"Mengapa begitu?" Lara masih banyak bertanya seperti biasanya.
"Karna cinta adalah racun dalam sebuah persahabatan, Lara. Jika kau memasukanya, maka kau akan membunuhnya. Sesuatu yang kau sebut persahabatan."
Lara mengangguk setuju.
Sore itu tujuh tahun yang lalu. Senja ikut merayakan hari di mana mereka genap setahun bersahabat.
Aku tak pernah mengira, jika aku hanya bisa menikmati adegan-adegan itu hingga tahun ke-delapan.

***
Lelaki itu terpaku menatap wajah sendu Lara. Mata Lara melukiskan pilu, hatinya perih bak tertusuk sembilu. Beberapa jam yang lalu sebuah pesan menghancurkan pertahananya.

"Aku akan pergi, Lara. Jagalah dirimu. Jangan pernah menjadikan diriku sebagai candu. Jangan pula menyandarkan harap kepada diriku. Maaf untuk perih yang tak sengaja ku gores dihatimu. Galang."

Aku menundukan pandanganku. Lara yang penuh ambisi. Lara penyemarak suasana. Dia sedang benar-benar dirundung lara. Aku tak pernah mengira kini Lara terlihat begitu terluka.

Berisik suara gesekan bantalan rel dengan roda kereta tak mengalahkan gemuruh perasaan mereka. Ya, Galang juga mencintai Lara. Berat rasa hati meninggalkan Lara. Gadis yang dia anggap sebagai sahabat baikya.

"Kau tahu, Lara? Seorang gadis tengah menungguku di seberang sana."

"Aku tahu, Galang. Aku tak memintamu membalas perasaanku. Aku tahu kau berkomitmen menjaga cincin yang melingkar di jarimu." Lara tertunduk.

Pertahanan Lara delapan tahun terakhir runtuh hanya karena pesan singkat yang dia terima. Lara melanggar sumpahnya untuk tidak memberitahu Galang so'al perasaanya. Lara tak ingin Galang pergi.

Aku mengamati mereka dari dalam kereta. Beberapa menit yang lalu, sebelum Galang duduk di kursinya. Adegan yang begitu menyentuh terjadi.

Lara dengan sigap menarik ransel di punggung Galang. Namun galang tak kalah sigap. Dia mendorong Lara hingga terjatuh. Matanya mengisyaratkan kepada Lara untuk menyudahi semua itu.

"Jangan pergi, Galang." Rintih Lara.

Namun Galang tak lagi ambil peduli. Hatinya yang biasa lumer dengan sikap manja Lara saat itu justru tak bergeming.

Lara tak beranjak. Lututnya berdarah. Pergelangan tanganya memar. Tak ada artinya. Memar dalam hatinya jauh lebih menyakitkan.

"Kembalilah, Galang. Jangan pergi, kumohon." Bisik Lara.

Jangan memandangku, Lara. Jangan lagi membuatku membengkokan tujuanku. Batin Galang.

Aku ingin bersuara. Tapi kembali ku katupkan bibirku. Aku tak berhak turut campur atas apa yang kini telah menjadi masa lalu.

Lara bingung. Bagaimana dia harus menyudahi sesuatu yang sebenarnya tak pernah dimulai? Galang adalah sahabat yang diam-diam dicintainya. Dan Lara adalah gadis yang diam-diam Galang kagumi.

Sekilas, Galang memandang Lara sebelum keretanya pergi.

"Selamat tinggal, Lara. Selamat tinggal gadis yang pernah menjadi kabar bahagia untuku." Galang tersenyum. Akupun tersenyum ketika mendengarnya.

Namun mendadak suara rem kereta berenyit. Kereta dihentikan tiba-tiba. Semua mata beradu pandang. Ada apa?

Lara nya telah pergi. Lara membuat keputusan untuk menjatuhkan diri ketika kereta melaju semakin kencang. Salah satu gerbong menjadi saksi. Lara bunuh diri.
Namun Lara telah jatuh ratusan kali. Lara telah jatuh lebih dalam kepada cinta Galang. Dan kali ini Lara benar-benar pergi.

"Kau coba mendahuluiku, Gadis manja? Kau tahu kini aku terluka? Kau menang! Kau meninggalkanku lebih dulu." Lutut Galang lemas. Airmata berderai membelah pipinya.

"Aku tak pernah pergi, Galang. Aku disini. Menatapmu meratapi adegan bodoh yang baru saja ku lakukan." Aku berbisik di telinganya, namun Galang sudah tak mendengarku.

Aku menatap tubuh bersimbah darah di hadapanku. Aku pergi dengan sesaknya pilu.

"Apakah aku harus mati terlebih dahulu hanya untuk tahu, jika Galang memiliki perasaan yang sama untuku?"

Aku melihat adegan itu. Lagi dan lagi.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar