REVIEW MINGGU PERTAMA : ANTOLOGI RASA BY IKA NATASSA

By Sekar Setyaningrum - November 06, 2019


BOOK TOUR WEEK I
ANTOLOGI RASA



Judul Buku         : Antologi Rasa
Penulis                : Ika Natassa
Editor                  : Rosi L. Simamora
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN                     : 978-979-22-7439-4
Tebal                    : 344 hlm.


#BOOKTOUR
#KMC7

Keara
We're both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe. How can we be so different and feel so much alike, Rul? Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.

Ruly
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

Harris
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that i love." That's probably as close as i can get to hearing that she loves me.

***

Awal tertarik untuk membuat review novel ini karena penulisnya Ika Natassa. Seorang penulis yang hampir tidak pernah meninggalkan ciri khasnya dalam menulis : Banker, Photographer dan John Mayer. Selain itu, blurb dibuat sederhana namun menarik. Entah bagaimana, blurb yang menampilkan penggalan dialog beberapa tokoh yang ada di dalam novel hampir selalu berhasil memancing rasa penasaran saya. Ditambah lagi akhir-akhir ini saya memang sedang senang membaca novel genre metropop ini.

Selain itu, saya juga menyukai desain kover yang dibuat langsung oleh Ika Natassa ini. terkesan simple dan … keren.

Saya sudah menebak novel ini menceritakan tentang kisah cinta yang sederhana namun dibawakan dengan gaya Ika Natassa. Dan benar, ekspektasi saya terhadap novel ini cukup terbayar. Meskipun di bab pertama, saya sempat jenuh dengan narasi tentang sebuah film yang Keara tonton dan Marco Polo - yang membuat saya malas lanjut membaca (Mungkin ini karena saya berharap adegan pengenalan tokohnya terjadi lebih cepat). 

Ika Natassa mencoba menceritakan tentang empat sahabat yaitu Keara, Rully, Denise dan Haris – yang semuanya berprofesi sebagai pegawai bank. Mereka sudah bersahabat sejak kali pertama mereka menginjakkan kaki di bank tersebut. Hingga tiba suatu hari, Rully, Keara dan Haris memutuskan untuk menonton F1 di singapura bersama-sama. Meskipun rencana itu harus berakhir dengan Harris dan Keara menghabiskan waktu berdua karena Rully membatalkan janjinya demi Denise. Awalnya saya kira, saya akan ikut jatuh cinta kepada Rully seperti Keara. Tapi ternyata saya salah karena setelah bab demi bab saya baca, saya justru menyukai Haris dengan segala tingkahnya.

Perjalanan Keara dan Harris untuk berlibur ke Singapura justru membuat hubungan keduanya harus berakhir. Keara yang mabuk dan sedang tidak bisa berfikiran logis karena Rully, membuat Harris melakukan hal di luar batas dan salah mengartikan sikap Keara. Dan setelah kejadian itu, Keara memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Harris. Keara juga sempat memainkan Flirting game dengan Panji – adik ipar dari salah satu sahabat baik Keara.

Cerita cinta yang disuguhkan sebenarnya cukup rumit. Haris mencintai Keara, Keara mencintai Rully, Sedangkan Rulli mencintai Denise. Untungnya, cerita ini dikemas dengan cukup menarik oleh penulis sehingga adegan dalam setiap bab dan narasinya tidak terkesan menya-menye. Saya pribadi selalu menyukai bagaimana Ika Natassa melakukan ini dalam setiap tulisannya : terkesan dewasa.

Diksi yang digunakan membuat pembaca seperti sedang berinteraksi langsung dengan semua tokohnya. Sarkasme dan penggambaran karakter yang disampaikan cukup bagus.

Namun terlepas dari semua itu, Ada beberapa narasi yang sebenarnya tidak relevan dengan isi cerita bisa dihilangkan. Seperti saat Harris menjelaskan tentang F1 yang teramat digandrunginya (Mungkin ini karena saya tidak mencintai F1 sebegitu besarnya sehingga membuat saya jenuh saat membaca) dan Saya juga agak terganggu dengan hampir satu halaman novel yang hanya berisi daftar lagu John Mayer. Saya tahu, Penulis mencoba menggambarkan sosok Keara yang begitu menggandrungi penyanyi internasional ini, namun bagi saya ini berlebihan. 

Saya rasa, kalaupun narasi itu dihilangkan atau dipersingkat saja, tidak akan mengganggu alur cerita secara keseluruhan. Ada beberapa narasi penguat yang menurut saya justru berlebihan (lagi-lagi ini mungkin so’al selera).

Ada juga beberapa bagian di mana saya menemukan ketidak-konsistenan penulis dalam menggunakan kata sapaan. Keara menggunakan ‘aku’ untuk menarasikan ceritanya, namun ada juga saat di mana Keara menggunakan kata ‘gue’.

Di novel ini, penulis mencoba menggambarkan kehidupan dewasa yang sangat nyata. Ada saat di mana penulis mencoba menyisipkan sisi humoris dalam karakter Harris dan saya rasa itu cukup berhasil karena tingkah polah Harris mampu membuat saya senyum-senyum sendiri. He is so adorable, by the way. Namun setelah membaca keseluruhan cerita, saya harus menghela napas dan sedikit kecewa dengan cara Ika Natassa menuliskan Antologi Rasa.

Saya jenuh. Saya bosan dengan - seperti apa yang sudah saya sampaikan di atas - narasi tentang apa yang disukai masing-masing tokoh disampaikan secara berlebihan. Penulis bahkan mengabaikan twist dalam novel ini. Datar-datar saja. Sebenarnya saya menyukai ide Ika Natassa dalam novel ini. Hanya saja, eksekusinya kurang memuaskan. 

Sepertinya, jika bukan karena tugas review novel yang harus sudah selesai minggu ini dan sudah kepalang tanggung di pertengahan minggu, saya akan berhenti membaca novel ini dan membaca novel lain.

Over all. Saya tidak merekomendasikan novel ini untuk dibaca oleh remaja. Kenapa? karena terkesan terlalu dewasa (Bukan adegannya tapi dialog dan narasinya). Novel ini juga tidak saya rekomendasikan untuk yang baru belajar bahasa inggris (seperti saya) karena banyak dialog dan narasi yang menggunakan bahasa inggris. Atau jika kalian ingin tetap membaca, siapin aplikasi kamus di smartphone, ya. 

Saya memberi nilai 3 dari 5 untuk Novel Antologi Rasa karya Ika Natassa.




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar