Masihkah Kau Menulis Bait-Bait Pilu Untukku?

By Sekar Setyaningrum - Maret 15, 2016

Siapa aku bagimu?

Kau bilang, kau mencintaiku begitu hebat. Kau agungkan namaku dalam ruang terdalam di hatimu. Tapi aku heran, seberapa dalam cinta yang kau rasakan hingga luka yang pernah kugores belum juga termaafkan?

Aku pernah terluka, aku juga pernah terjatuh, seseorang pernah menyakitiku. Kau bilang itu balasan untukku. Sedalam itukah luka yang pernah kugores hingga melihatku terluka menjadi satu kesenangan untukmu?

Seseorang pernah memberitahuku, jika cinta dan kebencian hanya memiliki jeda setipis benang. Dan kini aku tahu, kau membenciku karena kau pernah dengan sangat mencintaiku.

Aku mungkin kecewa akan sikapmu, tapi memaksamu menerima maafku bukanlah kuasaku. Aku paham. Aku tak berhak menggenggam pengampunan darimu.

Kamu,

Pernahkah sekali saja melihat jauh ke dalam mataku? Sekali saja melihat betapa aku juga terluka saat melepaskanmu.

Pernahkah sekali saja kau mendengarkanku? Sekali saja mendengar penjelasanku.

Mengakhiri hubungan yang pernah kumulai dan kujaga dengan segenap jiwa tak pernah mudah bagiku. Namun, semakin dewasa, aku semakin mengerti. Kita tak cukup kuat untuk mempertahankan hubungan itu. Bukankah akhir yang baik tak selalu akhir yang kita sukai?

Kadang, kita harus terluka untuk mengerti, bukan?

Saat itu, aku kira kau menjadikannya sebagai titik akhir untuk paragraf baru dalam hidupmu. Namun aku salah. Kau anggap itu sebagai jeda untuk melihat berapa banyak luka yang akan kuterima.

Ah, perasaan memang selalu rumit.

Maka, berhentilah menulis sajak-sajak pilu tentangku. Berhentilah menulis aksara-aksara bisu. Jika tak kau lakukan atas pintaku, lakukanlah untuk dirimu.

Kelak, kau akan mengerti. Sebelum kau belajar mencintai seseorang, kau harus mencintai dirimu. Karena, ada begitu banyak alasan untuk patah hati, tapi tidak satupun ketika kau jatuh hati.

Kau tak punya alasan ketika memutuskan untuk mencintaiku. Tapi kini, begitu banyak sebab untuk bisa membenciku.

Kau boleh membenciku sebanyak yang kau mau. Tapi berhenti menyakiti hatimu dengan mengurung rasamu untukku.

Aku pantas untuk seluruh benci dan sakitmu. Namun pahamilah, tak perlu melukai mereka yang mencintaimu dengan kebencianmu.

Aku telah melepaskan segalanya dan kuharap kaupun sama. Maafkan aku.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar