Mbak,,

By Sekar Setyaningrum - Juli 15, 2015

Dear Mbak,

Mbak, ini saya. Seseorang yang bahkan namanya saja belum pernah kau dengar.

Mbak, ini saya. Seseorang yang memiliki cinta begitu dalam untuk lelakimu.

Mungkin saya bukan wanita pilihan. Benar, saya memang bukan pilihan yang layak untuknya. Saya hanya persinggahan, seseorang yang dia racuni pelahan dengan kalimat manisnya kemudian dia tinggalkan begitu saja. Saya, gadis bodoh yang begitu saja percaya dengan lidah manisnya.

Mbak, beberapa bulan yang lalu. Tanpa sengaja saya melihat namamu. Entah mengapa hati ini bergetar, ingin sekali saya tahu siapa dirimu baginya. Namun saya terlalu sibuk mempercayainya, saya terlalu sibuk mengharapkannya. Hingga di sebuah senja saya berhasil mendapatkan informasi tentangmu.  Tentang siapa dirimu sebenarnya.

Maafkan saya. Saya mencintai orang yang juga teramat kau kasihi.
Dia telah  lama mengisi kekosongan jiwa saya, mungkin tak seberapa lama jika dibandingkan dengan kebersamaan kalian. Namun itu cukup membuat hati saya yang pernah dia sembuhkan berdarah kembali. Cukup membuat hati saya perih tak terperi.

Mbak, andai saja saya tahu dari awal. Maka saya tak akan pernah melakukan hal bodoh ini. Tak akan membunuh diri dengan mencintainya. Namun, saya tahu setelah segalanya sudah sejauh ini. Setelah hubungan kami sampai pada titik ini. Saya bahkan tak tahu, kapan saya bisa pulih kembali. Saya tak yakin.

Mbak tak perlu cemburu pada saya, atau dia bahkan belum mengatakan apapun padamu? saya harap, dia tak membiarkanmu tahu segalanya dari orang lain. Saya bukan gadis yang pantas dicemburui, saya juga tak pantas membuatmu patah hati.

Saya memang tak seberuntung Mbak. Saya tak pernah punya kesempatan untuk mengenal keluarganya sepertimu. Saya juga bukan orang yang mengenalnya lebih dulu. Namun pengharapan ini, rasa cinta ini, tak pernah mau berkompromi. Dia tak pernah mau memberitahu saya jika pada akhirnya saya akan jatuh terduduk dengan hati penuh luka.

Kali ini saya benar-benar jatuh di dasar pengharapan.

Mbak, Kau wanita seperti saya, kau juga terlahir dari rahim seorang wanita. Kau tentu tahu apa yang tengah saya rasakan. Kebohongan yang melapisi kejujuran saya, penghianatan diantara berjuta rasa percaya yang saya agungkan untuknya. Sungguh, saya benar-benar terluka.

Tubuh saya bergetar hebat, air matapun tak kuasa saya bendung setiap kali saya tiba di bagian mengingatnya. Jangankan mengingatnya, menyebut namanya saja saya merasakan serbuan sejuta kupu-kupu dalam hati dan perut saya. Saya kecewa.

Mbak, maafkan saya untuk menuliskan ini. Maafkan saya untuk tak mengetahui segalanya lebih awal. Saya tahu, bagimu saya bersalah.

Seburuk apapun dia bagi orang lain. Dia tetap yang terbaik bagi saya, bagaimanapun juga, dia pernah membuat saya percaya, jika menantinya dalam pengharapan adalah bahagia tak terkira. Meski pada akhirnya, perih dan luka yang harus saya terima.

Dia, lelaki yang mengajarkan saya banyak hal. Bahkan hingga detik ini.

Mbak, saya mencintai kekasihmu sama besar. Bahkan mungkin lebih besar. Maafkan saya untuk keteledoran perasaan saya kali ini. Saya masih mencintainya, masih dengan cinta yang sama.

Namun, Saya tak ingin menjadi munafik dengan menebarkan do'a dan pengharapan indah untuknya. Entah sampai kapan saya bisa menerima perlakuannya. Saya hanya sedang mendo'akan diri saya sendiri untuk bisa menerima. Untuk bisa memaafkan dan melihat kalian bahagia tanpa harus selalu terluka.

Semoga tulisan ini sampai pada mata dan hatimu, sampai pada pemahaman tertinggi sebuah rasa.

Mbak, sekali lagi maafkan saya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar