Itulah Dia Bagi Saya

By Sekar Setyaningrum - Juli 28, 2015

Dia,,

Dia yang hadirnya tak pernah saya duga,
Dia yang pelahan mampu kembalikan hari-hari berharga saya,
Dia yang membuat saya betah berlama-lama menatap layar ponsel di sebuah senja,
Dia yang membuat saya berani mempertaruhkan perasaan untuk sebuah rasa percaya,

Saya masih jelas mengingatnya, ketika dengan lembut dia bisikan kalimat ajaib itu untuk saya. Jemarinya mengisi sela jemari saya ketika tatap lembut kami saling beradu. Degub jantung tak menentu. Saya tahu kalimat itu, saya tahu bahasa tubuh itu. Saya katakan, "Aku mencintaimu".

Hari-hari berlalu begitu cepat. Bulan berganti seolah enggan menunggu terlalu lama. Dan perasaan yang saya miliki untuknya menyusup makin dalam di relung dada.

Tahun berganti, sang senja memutuskan pergi tanpa pernah ingin kembali, tanpa pernah mau tahu betapa perih luka yang dia tinggalkan di hati ini.

Dia pergi untuk seseorang yang dia sebut cinta, untuk orang yang dia jadikan masa depannya. Dan itu bukan saya. Bukan saya tempatnya menyandar harap. Saya bukan senjanya. Saya bukan kekasihnya.

Saya kira saya sama berharganya. Saya kira diamnya adalah do'a untuk saya. Nyatanya saya salah. Diamnya untuk beregas meninggalkan saya dan heningnya adalah keputusan untuk membuat perpisahan sesegara mungkin menjemput saya.

Saya tak pernah mengenal jenis perasaan ini sebelumnya. Entah mengapa dia sangat berbeda. Namun saya tak pernah menyadari, jika hadirnya adalah untuk membuat saya sakit hati

Saya sangat terluka, entah dia tahu atau tidak. Saya sangat kecewa, entah dia peduli atau tidak. Saya berharap masih bisa memeluk senja meski itu bukan dia. Karena saya tahu dengan atau tanpa dia, saya harus tetap berdiri.
Dia adalah senja bagi saya. Tak bosan tatap mesra saya lemparkan untuknya. Tak bosan hati mengamin do'a untuk melihatnya kembali esok hari. Itulah dia bagi saya.
Lalu saya?
Saya mungkin pelangi baginya. Ya, hanya pelangi. Pelangi yang indah namun begitu cepat memudar. Pelangi yang indahnya dia nikmati sesaat kemudian berlalu begitu saja. Membekaskah saya di hatinya? Saya tak pernah tahu.
Ya itulah dia,
Dia yang kini membuat saya harus mengecap rasa kecewa,
Dia yang membuat saya mengutuk kata bernama cinta,
Dia yang membuat saya harus berjuang agar tak ada lagi air mata di ujung senja,
Dia yang hadir kemudian pergi,
Dia yang membuat hati perih tak terperi,

Kini dia pergi, tak peduli seberapa manis hari yang pernah kami lalui. Dan luka ini? Saya memilih untuk menyimpannya sendiri. Saya tahu pasti, luka ini tak akan terobati. Tak ada yang bisa menawar luka di dalam hati.

Jika kalian berjumpa dengannya, sampaikan salam hangat saya untuknya, untuk masa depannya, untuk cintanya. Katakan padanya saya sangat mencintainya. Bisikan lembut dalam sanubarinya, saya pergi bukan untuk melupakannya, tapi untuk mencoba merelakannya.

Entah takdir hebat apa yang sedang Dia rancang untuk saya, saya hanya meyakini sebagai apapun dia bagi saya saat ini, dia tetap istimewa di hati saya. Dia tetap senja bagi saya. Ya itulah dia bagi saya.

#NP : Tak Pernah Padam - Shandy Sandoro

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar