Dasar kau jalang!!

By Sekar Setyaningrum - Mei 15, 2015

Dasar kau jalang! Kau wanita yang mengatasnamakan perasaan di atas segalanya!

Perasaan macam apa yang membuatmu menyerahkan segalanya pada dia yang bahkan tak pernah menganggapmu ada?

Cinta? Kau bilang itu cinta? Apakah dia juga mencintaimu setulus kau mencintainya? Omong kosong! Sadarlah! Kau bahkan tak tahu apapun so'al cinta. Kau hanya sering mendengarnya tanpa pernah dengan sungguh-sungguh merasakannya.

Lihatlah! Sekarang kau habiskan malammu untuk meratap. Menatap kosong langit-langit kamar. Berharap Tuhan akan menemuimu, berharap malaikat kembali berikan sayap.

Selama ini, apa nasehat yang paling sering kau berikan untuk orang lain? Kenapa kau justru melanggar batas itu sendiri? Kau begitu yakin dia akan kembali. Apakah kau pernah berfikir? Dengan siapa dia tengah menghabiskan malam?

Kau meratap, kau mengiba. Siapalah mau mendengarmu?

Bercerminlah! Lihatlah dirimu sekarang! Kau kehilangan dirimu jauh lebih banyak. Kau tak mengenali wajah tirus itu bukan? Kau benar-benar telah berubah. Kau bisa menyembunyikan yang sebenarnya terjadi kepada semua orang tapi tidak kepadaku. Aku mengenalmu lebih dari siapapun.

Aku tak pernah lagi melihatmu tersenyum menatap layar ponsel di sebuah senja. Tak lagi melihatmu berkirim foto dengan seseorang. Atau melihat tawa lepasmu di keheningan. Segalanya berubah.

Kau lebih sering melamun, memikirkan banyak hal yang sudah atau mungkin akan terjadi. Memandangi fotonya dengan derai air mata. Membaca berulang history chat kalian, kemudian sekuat tenaga membendung air mata agar tak tumpah lagi.

Kau bilang mudah saja. Kau baik-baik saja. Tapi pada kenyataanya melatonin harus kau tengguk paksa. Itu bukan insomnia. Aku tahu, pikiranmu tengah jauh berkelana.

Kau mungkin masih bisa tertawa. Berjam-jam di kamar mandi dengan playlist lagu kesukaanmu yang kau susun seperti biasa. Tapi aku tahu kau hanya sedang bersandiwara, kau hanya ingin meyakinkan semua orang jika kau baik-baik saja.

Kau kah itu yang berteriak dalam senyap? Apakah kau sedang marah?

Kepada siapa kau tujukan amarahmu sekarang? Pada dirimu sendiri? Ya. Kau marah pada dirimu sendiri! Kau marah karena dengan mudah kau mempercayainya, menyerahkan ketulusan dan kesucianmu untuknya yang kini memilih pergi.

Kau begitu mempercayai dirinya. Dia memang lelaki baik-baik. Ya. Bagimu yang tergila-gila dia sangat baik. Seandainya aku tahu seperti ini pada akhirnya, tak akan kubiarkan dia menyentuh kesucian cintamu. Tak akan ku biarkan dia menyentuh perasaanmu.

Kau merasa segalanya menjadi sulit ketika kau membuka mata di pagi hari. Kau rela semalam tetap terjaga agar tak bermimpi. Kau ketakutan, bukan? Kau berharap jika semuanya hanya mimpi. Dia masih di sini. Akan tetap di sini.

Ku rasa kau mulai gila.

Sekarang, tanyakan semua itu pada hatimu. Pertanggungjawaban seperti apa yang bisa kau berikan untuk masa depanmu? Untuk seseorang yang kelak akan menemanimu menghabiskan secangkir kopi di ujung senja.

Aku tahu kau sedang bertanya-tanya. Masih pantaskah kau untuk itu? Iya, bukan?

Yang kau lakukan sekarang adalah meneriaki dirimu sendiri. Memaki hatimu dengan ucapan-ucapan kotor. Menyalahkan perasaanmu. Kau bahkan menghujatku ketika kau membaca tulisan ini.

Aku tak menyalahkanmu. Kau juga tak sedang menyalahkan siapapun. Kau adalah yang paling bersalah. Kau salah! Itulah kenapa kau memaki, menghujat, meratapi dirimu sendiri.

Aku bukan dinding kamarmu, bukan boneka yang kau peluk saban malam, bukan juga deretan buku yang selama ini dengan setia menemanimu. Aku adalah hatimu. Hati yang sering kau abaikan. Hati yang kau biarkan terluka hari ini.

Apakah kau masih peduli pada hatimu ini? Malam ini saja, ku mohon, lelaplah. Biarkan aku beristirahat. Aku lelah. Meski aku tahu, kau akan menangis ketika esok kau buka mata dan segalanya tak berubah. Lelaplah. Lepaskan semua kekhawatiranmu. Hanya untuk malam ini.

Tidurlah.......

(Kalian, coba pikirkan.)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar